Selasa, 15 Maret 2011

Kisah Ki Ageng Mangir - Makam Yang Aneh



Kisah sebuah Makam Yang Aneh

Karya : Dartosingo
Penerbit : Arieslima - Surakarta, C II - 1982

Sebuah kisah sejarah di jaman Mataram Islam, pemerintahan Panembahan Senopati. Menceriterakan pertikaian Raja Mataram yang pertama itu dengan penguasa daerah Mangir, Ki Ageng Mangir Wonoboyo yang memiliki tombak sakti : Baru Klinthing, yang konon mata tombak adalah dari lidah sang paman yang telah berubah menjadi ular naga di Rawa Pening.
Buku berformat lanscap ini disertai ilustrasi-2 yang cantik dan natural, sebanyak 28 halaman kertas HVS.

Harga : Rp 25.000,-

4 komentar:

  1. http://habibhasnan.wordpress.com/2013/01/07/bukan-panembahan-senopati-pembunuh-ki-ageng-mangir/

    BalasHapus
  2. Terima kasih atas informasiya,...
    Namun maaf sebaiknya jika inginn memberikan sanggahan atau info yang lebih akurat apalagi dengan tujuan meluruskan sejarah (atau malah membelokkan ? moga-moga tidak, maaf) sebaiknya adakanlah seminar, dengan sumber-sumber,fakta dan data yang akurat, logis dan sukur-sukur bisa otentik....
    Saya pribadi berpendapat, bahwa jikalau memang pembunuhnya bukan Panembahan Senopati, toh dari penjelasan anda terkesan juga orang dalam Mataram pembunuhnya, kayanya tipis bedanya... baru kali ini saya membaca Panembahan senapati murka dengan terbunuhnya Ki ageng Mangir...
    Saya hanya ngikutin logika yang berkembang di Masyarakat... yang spertinya tidak bisa disalahkan jika masyarakat mempercayainya karena fakta -fakta dan cerita yang kayanya buktinya menguatkan juga. Dan bukti 2 itu sepertinya .... (maaf -beribu ribu maaf kepada keluarga keturunan / Trah Panembahan Senapati) membuat kesan bahwa kanjeng Sinuhun Panembahan Senapati swargi kurang baik sifatnya,.... misal (sekali lagi mohon maaf):

    1. Panembahan Senapati jelas tidak puas dengan predikat putera angkat Sultan Hadiwijaya, terbukti dengan mendirikan benteng Mataram.... ini memnimbulkan kesan tidak berbakti pada orang tua, bangsa dan negara
    2. Mataram mbalela, sehingga berujung meninggalnya Sultan Hadiwijaya (seda ngenesss),....kenapa mesti mbalela, minta baik-baik saja kemungkinan besar akan diberikan ke P Senapati kok.... karena melihat kemapuan dan kecakapannya yang menonjol di antara seluruh putera-2 nya
    3. Cara menaklukan Ki Ageng Mangir,.... kenapa tidak dengan cara ksatria,...menantang perang tanding... satu lawan satu saja jika tidak ingin jatuh kurban banyak... kenapa dengan siasat.... maaf agak licik,... menggunakan pikatan wanita...
    4. Cara nomer 4 diullang lagi untuk mBedah Madiun,.... Madiun sekuat apa sih sampai harus dengan cara seperti itu...?
    5. Cara Tumenggung Wiraguna menaklukkan Pati, Adipati Praglo Manik.... juga kurang satria...
    6. Mungkin masih ada beberapa cerita yang saya lupa,... atau belum sempat terungkap dalam tulisan para pujangga.....

    Maaf sekali lagi maaf, Bukan bermaksud menyalahkan Kanjeng Sinuwun Panembahan Senapati. karena cerita-cerita di atas juga kita hanya tahu dari bacaaan dan cerita tutur tinular... run temurun.... yang mungkin saja penulisnya tidak netral.... itulah kelemahan sejarah.... sehingga para keturunan dan generasi bangsa berikutnya menyimpulkan demikian,... atau sesuai kehendak penulis.... tapi itulah yang saat ini menjadi cerita dan logika yang diterima masyarakat....
    Alangkah baiknya dan senangnya jika ada yang meluruskan dengan bukti-bukti dan penelitihan yang lebih sahih....
    Maaf tidak bermaksud menggurui.... tapi karena semata-mata pemahaman saya yang seperti itu ...

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulisan yang menarik, kunjungi blogku juga ya pak.bu, mas dan mbak!. Tak ada yang lebih menyedihkan dan mengharukan dari kisah Mangir pembayun, seperti juga ketika saya bersimpuh di makam Pembayun di Kebayunan Tapos Depok Jawa Barat, bersebelahan dengan makam anaknya Raden Bagus Wonoboyo dan makam Tumenggung Upashanta, kadang sebagai trah Mangir, aku merasa bahwa akhirnya mataram dan mangir bersatu mengusir penjajah Belanda di tahun 1628-29, cobalah cermati makam cucu Pembayun yang bernama Utari Sandi Jayaningsih, Penyanyi batavia yang akhirnya memenggal kepala Jaan Pieterz Soen Coen pada tanggal 20 September 1629, setelah sebelumnya membunuh Eva Ment istri JP Coen 4 hari sebelumnya, kepala JP Coen yang dipenggal oleh Utari inilah yang dimakamkan di tangga Imogiri, Spionase mataram lagi lagi dijalankan oleh cucu Pembayun dan ki Ageng Mangir,

      Hapus
    2. Alhamdulillah pak Sastro!, senang bahwa ada yang menanggapi , memang sejarah tak ada yang netral, sebab penulisnya selalu orang lain, tak ada raja atau pemimpin yang menulis kisahnya, lihat saja biografi yang diterbitkan sekarang pastilah hal hal yang baik yang dimunculkan, lalu kepada siapa otentikitas kita sandarkan, pada para sejarahwan Belanda ? jelas sangat riskan mengandalkan data kesejarahan pada mereka oleh karena mereka menuliskan untuk kepentingan mereka, lihat Dr Snouck Horgrounye tentang Aceh, apa bisa dijadikan pegangan sejarah?

      Hapus

Titi Nginung - Opera jakarta

    Novel Drama Best Seller  OPERA JAKARTA Karya : Titi Nginung Penerbit : Gramedia - Jakarta, Cetakan I - th. 1984 Novel Drama kehidupan me...